Hubungan erat antara Indonesia dan Malaysia kembali diperkuat lewat pertemuan hangat antara Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Malaysia Dato' Seri Anwar Ibrahim di Jakarta. Selain membahas isu-isu kawasan dan konflik global, keduanya sepakat untuk memperdalam kerja sama ekonomi, terutama di sektor investasi yang selama ini menjadi pilar penting hubungan kedua negara. Realisasi investasi Malaysia di Indonesia yang kini menembus angka USD 1 miliar pada kuartal pertama 2025 menjadi bukti nyata keseriusan Negeri Jiran.
Data dari Kementerian Investasi dan BKPM mencatat Malaysia kini berada di posisi keempat negara asal investasi terbesar di Indonesia, di bawah Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok. Sektor yang banyak digarap meliputi energi terbarukan, perkebunan, jasa transportasi, logistik, hingga telekomunikasi. Salah satu proyek andalan Malaysia di Indonesia adalah kepemilikan lahan perkebunan kelapa sawit oleh Tabung Haji di Riau dan Kalimantan.
Melalui anak perusahaannya, Tabung Haji mengelola ribuan hektare kebun kelapa sawit yang hasil produksinya tidak hanya untuk pasar lokal tapi juga diekspor ke Malaysia dan Timur Tengah. Investasi di sektor perkebunan ini terus berkembang dan menjadi salah satu penopang perdagangan bilateral. Selain itu, beberapa perusahaan asal Malaysia juga telah menanamkan modal di industri kayu dan pengolahan hasil hutan di Kalimantan.
Di sektor energi, Petronas sejak lama mengoperasikan jaringan SPBU di beberapa kota besar Indonesia. Kini perusahaan migas nasional Malaysia tersebut juga mulai membidik proyek-proyek energi baru dan terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya dan biomassa di wilayah timur Indonesia. Potensi ini diperkirakan akan semakin besar seiring transisi energi bersih yang dicanangkan pemerintah.
Sebenarnya, jika potensi ini dikelola maksimal, Malaysia bisa saja menjadi investor asing terbesar di Indonesia. Faktor kedekatan geografis, kesamaan budaya, dan jaringan bisnis yang sudah terjalin puluhan tahun membuat Malaysia lebih leluasa berinvestasi dibanding negara-negara lain. Bahkan, sektor industri halal dan kawasan pariwisata berbasis syariah mulai dilirik oleh investor Negeri Jiran.
Salah satu proyek besar yang seharusnya turut dipertimbangkan sebagai simbol kerja sama strategis kedua negara adalah pembangunan Jembatan Selat Malaka. Gagasan menghubungkan Sumatera bagian utara dengan Semenanjung Malaysia melalui jembatan penghubung sebenarnya pernah dibahas di era pemerintahan sebelumnya, namun hingga kini belum terealisasi. Padahal, proyek ini bisa menjadi jalur logistik strategis sekaligus mempercepat mobilitas perdagangan dan pariwisata.
Jika proyek Jembatan Selat Malaka direalisasikan, nilai investasi dari Malaysia ke Indonesia dipastikan melonjak tajam. Proyek ini akan mempermudah distribusi hasil perkebunan dari Riau dan Sumatera ke pelabuhan-pelabuhan utama di Malaysia, sekaligus menjadi jalur alternatif ekspor ke kawasan Asia Selatan dan Timur Tengah. Nilai ekonomi proyek ini akan jauh lebih besar dibanding proyek kereta cepat atau pelabuhan biasa.
Tak hanya dari sisi ekonomi, proyek jembatan tersebut juga akan menjadi simbol integrasi kawasan Asia Tenggara yang selama ini hanya sebatas retorika diplomasi. Malaysia dan Indonesia sebagai negara serumpun dengan populasi besar bisa menjadi motor utama integrasi ASEAN melalui proyek infrastruktur lintas batas semacam ini.
Investasi Malaysia di Indonesia pun tak lepas dari dukungan pemerintah kedua negara. Perdana Menteri Anwar Ibrahim telah menyatakan komitmennya untuk menjadikan Indonesia sebagai mitra ekonomi prioritas, sedangkan Presiden Prabowo mendorong investor Malaysia untuk lebih aktif di proyek-proyek strategis nasional, termasuk di wilayah perbatasan dan kawasan terluar.
Potensi Malaysia di sektor energi bersih, infrastruktur logistik, dan industri halal bisa dimaksimalkan lewat skema insentif khusus dari pemerintah Indonesia. Dengan demikian, investasi tidak hanya terpusat di Riau dan Kalimantan, tapi juga bisa merambah ke wilayah timur Indonesia, yang selama ini masih minim investor asing.
Di sisi lain, kerja sama di bidang logistik sangat penting untuk memangkas biaya distribusi hasil perkebunan dan tambang. Kolaborasi pelabuhan di Kalimantan dengan pelabuhan Port Klang atau Tanjung Pelepas di Malaysia akan meningkatkan efisiensi jalur perdagangan dan memperkuat posisi Indonesia-Malaysia di rantai pasok regional.
Sektor industri halal juga menawarkan peluang investasi strategis. Indonesia sebagai produsen bahan baku dan Malaysia sebagai eksportir produk jadi ke Timur Tengah bisa menjalin kerja sama pabrik pengolahan di kawasan perbatasan atau pelabuhan bebas. Skema ini dapat mempercepat sertifikasi halal, sekaligus meningkatkan daya saing produk ASEAN di pasar global.
Jika Malaysia bisa memanfaatkan peluang ini, bukan tidak mungkin mereka melampaui Tiongkok dan Singapura sebagai investor terbesar di Indonesia dalam lima tahun mendatang. Apalagi Malaysia memiliki keunggulan diplomatik, kedekatan budaya, dan jaringan diaspora yang luas di wilayah perbatasan Sumatera dan Kalimantan.
Pertemuan Prabowo dan Anwar kemarin menjadi momentum penting untuk mempertegas arah kemitraan strategis di sektor ekonomi. Pemerintah Indonesia perlu segera menyusun cetak biru kemitraan ekonomi Indonesia-Malaysia, termasuk memasukkan proyek Jembatan Selat Malaka ke dalam daftar prioritas kerja sama bilateral ke depan.
Dengan optimalisasi sektor perkebunan, energi, logistik, dan industri halal, nilai investasi Malaysia di Indonesia bisa meningkat dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Pemerintah hanya perlu memastikan kepastian hukum, insentif fiskal yang menarik, serta membuka lebih banyak peluang investasi di daerah-daerah strategis.
Kerja sama ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Malaysia mendapatkan akses pasar besar dan sumber daya alam yang melimpah, sementara Indonesia memperoleh tambahan modal asing, alih teknologi, dan penciptaan lapangan kerja baru. Ini saatnya Indonesia dan Malaysia membuktikan persaudaraan serumpun bisa diubah jadi kemitraan ekonomi yang saling menguntungkan di ASEAN.
Blogger Comment
Facebook Comment