Geliat Wakaf Produktif di Kalangan Batak

‎ASAHAN — Sebuah langkah bersejarah kembali tercatat di Sumatera Utara, Sabtu (20/7/2024), saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara meresmikan Pesantren Wakaf Darunnajah Asahan. Bertempat di Jalan Perintis Kemerdekaan Km 8,5 Dusun X, Desa Sei Lama, Kecamatan Simpangempat, Kabupaten Asahan, peristiwa ini dihadiri sejumlah tokoh agama, pemerintah, hingga unsur militer.
‎Peresmian tersebut ditandai dengan pemotongan pita dan penandatanganan prasasti, disaksikan langsung oleh para pimpinan pesantren se-Sumatera Utara serta unsur pemerintahan. Di antara tokoh penting yang hadir adalah Ketua Bidang Infokom MUI Sumatera Utara, Dr Akmaluddin Syahputra, dan Sekretaris Komisi Infokom, Ali Suman Daulay.
‎Nama Mayor Laut H. Nabil Panjaitan menjadi perhatian dalam acara ini. Perwira TNI AL tersebut dikenal sebagai penggagas utama berdirinya Pesantren Wakaf Darunnajah Asahan. Ia mewakafkan tanah miliknya seluas hampir sembilan hektar lebih untuk kemaslahatan umat di wilayah Asahan dan sekitarnya.
‎Ketua Bidang Infokom MUI Sumut, Dr Akmaluddin Syahputra, secara khusus memberikan apresiasi atas langkah mulia yang dilakukan Mayor Nabil Panjaitan. Menurutnya, wakaf produktif ini merupakan bentuk wakaf yang sangat dibutuhkan umat di era saat ini untuk menopang kemandirian ekonomi dan pendidikan umat.
‎Akmaluddin mengenang kisah Umar bin Khattab yang mewakafkan kebun terbaiknya di Khaibar untuk kemaslahatan masyarakat di zamannya. "Hari ini kita menyaksikan spirit itu hidup kembali lewat Mayor Nabil Panjaitan," ujar Akmaluddin di hadapan hadirin.
‎Lebih lanjut, Akmaluddin yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Pengembangan Wakaf Produktif (P2WP) MUI Sumut berharap, pesantren ini tak hanya menjadi tempat pendidikan agama, tetapi juga pusat pengembangan ekonomi berbasis wakaf produktif di Sumatera Utara.
‎Dalam sambutannya, Direktur Pesantren Wakaf Darunnajah Asahan, Muhammad Ihsan, menyatakan bahwa pesantren ini akan menjadi rumah bagi para santri yang sukses dalam ilmu agama, pengetahuan umum, dan akhlak mulia. Ia juga menyebutkan rencana jangka panjang untuk menjadikan pesantren ini sebagai pusat dakwah dan pengembangan ekonomi keumatan.
‎Acara peresmian juga dihadiri para pimpinan pesantren ternama di Sumut, seperti Pimpinan Pesantren Mawaridussalam, Ustadz Basron Sudarmanto, dan Direktur Pesantren Al Maksumi Sei Kepayang, Ustadz Jamaluddin Panjaitan. Kehadiran para pimpinan ini menjadi bukti kuatnya dukungan terhadap gerakan wakaf produktif di daerah.
‎Menurut Ihsan, salah satu konsep unggulan pesantren ini adalah memanfaatkan lahan wakaf untuk berbagai usaha produktif. Nantinya, lahan tersebut akan dikelola untuk pertanian, perikanan, serta unit usaha pesantren lainnya, yang hasilnya digunakan untuk mendukung biaya operasional dan pendidikan santri.
‎Wakaf produktif seperti ini, ujar Akmaluddin, terbukti efektif di berbagai negara, salah satunya saat ia berkunjung ke Serawak, Malaysia, pada 2010 silam. Di sana, wakaf produktif mampu menghidupi lembaga pendidikan, fasilitas kesehatan, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
‎Langkah Mayor Nabil Panjaitan ini dinilai menjadi terobosan di wilayah Asahan, di mana konsep wakaf selama ini lebih banyak berupa bangunan masjid atau makam. Melalui wakaf produktif, manfaat wakaf dapat dirasakan lebih luas dan berkelanjutan oleh masyarakat.
‎Mayor Nabil Panjaitan sendiri menyampaikan bahwa niatnya mewakafkan tanah bukan semata untuk amal pribadi, melainkan sebagai amanah dari orang tua dan keluarga besarnya di Asahan. Ia berharap tanah tersebut dapat menjadi sumber keberkahan dan pendidikan bagi generasi Islam di masa mendatang.
‎Peresmian yang berlangsung khidmat ini turut diramaikan dengan berbagai kegiatan keagamaan seperti pembacaan ayat suci Al-Qur'an, tausyiah, serta doa bersama untuk keberkahan pesantren yang baru diresmikan tersebut. Para hadirin juga menyaksikan langsung proses peletakan batu pertama pembangunan beberapa fasilitas pendukung.
‎Ketua Umum Badan Wakaf Pesantren Ar Raudhatul Hasanah, Ilyas Tarigan, menyebutkan bahwa langkah Nabil Panjaitan layak dijadikan contoh bagi para dermawan di daerah lain. "Wakaf bukan hanya soal berapa besar yang kita serahkan, tapi seberapa bermanfaat itu untuk umat," ujarnya.
‎Sementara Ketua MUI Kabupaten Asahan, H. Salman Abdullah Tanjung, menyatakan optimismenya bahwa pesantren ini akan tumbuh menjadi lembaga pendidikan Islam yang unggul di kawasan Asahan dan Sumatera Utara. Ia juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mendukung keberlanjutan pesantren tersebut.
‎Harapan serupa disampaikan Ketua IKRH Pusat, Ustadz Dermawan, yang hadir dalam kesempatan itu. Menurutnya, jika pesantren ini dikelola dengan konsep wakaf produktif yang profesional, bukan tidak mungkin akan menjadi pesantren mandiri pertama di Sumut yang mampu mencetak santri unggul dan berdaya saing.
‎Pimpinan Pesantren Mawaridussalam, Ustadz Basron Sudarmanto, menilai bahwa kerjasama lintas pesantren dan tokoh masyarakat menjadi kunci keberhasilan program wakaf produktif ini. Ia juga menyarankan agar pesantren dibangun dengan konsep pesantren modern tanpa meninggalkan tradisi keilmuan klasik.
‎Peresmian Pesantren Wakaf Darunnajah Asahan ini diyakini akan menjadi tonggak awal kebangkitan pesantren berbasis wakaf produktif di Sumatera Utara. MUI Sumut pun berharap, setelah ini akan muncul pesantren-pesantren wakaf lain yang dapat memberikan manfaat langsung bagi umat.
‎Dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi yang terbangun dalam acara tersebut, banyak pihak berharap agar apa yang telah dimulai Mayor Nabil Panjaitan dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia.
Share on Google Plus

About marbun

    Blogger Comment
    Facebook Comment